Aku Dan Elang I
- Home
- Cerita Sex
- Aku Dan Elang I
Aku Dan Elang I
Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren banget nih cowok..
Gambar cowok dengan wajah ganteng dan tubuh indahnya kunikmati sendiri sambil memerosotkan celanaku sampai ke bawah lutut. Celana dalamku pun kuturunkan sampai paha, membuatku bebas mempermainkan kontolku di bawah meja. Aku sedang sendirian di lantai dua ini, di ruanganku. Bang Jay sudah sejak sore keluar kantor, padahal biasanya dia juga ada di kantor sampai pagi, bisa kerja, bisa juga cuma main-main seperti aku sekarang ini. Office boy juga sudah pamit pulang. Ada dua orang satpam di lantai bawah. Mereka biasanya sedang menonton TV. Foto-foto cowok yang sebenarnya konsumsi para cewek dan ibu muda itu terus aku nikmati dengan layar monitor 21 inch. Kadang terpikir untuk mengajak satpam yang sedang bertugas di bawah untuk menikmati kegemaranku ini bersama. Tapi.. Nggak ah. Aku belum siap untuk godaan semacam itu.
“Kenapa sih suka lihat cowok telanjang, Yadi?” kadang timbul pertanyaan itu dalam hati kecilku.
Jawaban pasti dan sesungguhnya agak sulit diungkapkan. Sama sulitnya mengakui diri bahwa aku punya kecendrungan menyukai sesama cowok. Tapi kupikir, cowok itu memang lebih indah untuk dinikmati. Seperti ciptaan Tuhan lainnya, burung misalnya, yang jantannya kelihatan lebih indah. Contoh dari keluarga burung adalah: burung cendrawasih, merak, kalkun, ayam dan lainnya, yang jantannya pasti diciptakan dengan bentuk dan warna lebih indah. Sedangkan binatang berkaki empat yang dapat diberikan contoh: singa. Tuhan menciptakan semua itu tentu dengan maksud yang baik, salah satunya adalah ketertarikan untuk lawan jenisnya. Tapi kenapa kamu suka melihat yang sesama jenis, Yadi? Apakah kamu tertarik karena seks? Atau keindahan manusia laki-laki? Ah, tak tahulah!
Tangan kananku masih di atas meja menekan mouse untuk mengganti gambar-gambar yang kuinginkan, sedang tangan kiriku mengelus pelan batang kontolku yang sudah sangat mengeras. Tegang karena aku melihat foto-foto ini atau karena sentuhan tanganku, sudah tak ada bedanya lagi. Cairan kontolku sudah mengering lagi, sampai tanganku lengket di kulit kontolku. Akhirnya kugunakan air liurku untuk memudahkan telapak tanganku naik turun, bermasturbasi.
Fantasiku meluncur secara liar. Membayangkan model yang ganteng, aku tidak ingat lagi aku mendownload dari mana, dari Men Magazine atau Playgirl. Lama-lama timbul imajinasi lebih setelah melihat ini dengan sang model keluar dari kaca monitorku dan dan membiarkanku menikmati tubuh indahnya. Aku bisa menyentuh tubuhnya dari atas. Mengelus rambut ikalnya, dan menyentuh lehernya yang sangat berotot. Turun ke bahunya yang membulat kekar. Aku dapat meremas dadanya yang padat dan mempermainkan putingnya yang sudah menegang. Aku dapat mencium aroma ketiaknya yang segar dan kemudian menikmati puting susunya yang kenyal. Tubuhnya sangat keras dan hangat. Semua aku nikmati dalam suasana yang sangat mendebarkan.
Aku sedang membayangkan wajahku turun sampai ke perutnya, setelah menikmati dadanya yang sangat padat. Perutnya yang bergerak naik-turun sesuai dengan nafasnya yang semakin kencang membuatku tidak bisa berlama-lama, kemudian turun ke bawah pusarnya. Dinding otot depan kantung kencingnya begitu rata, ada urat ototnya di sana. Kontolnya yang dari tadi kupermainkan dengan telapak tanganku sekarang sudah menyentuh hidungku. Aroma khasnya membuat jantungku berdetak makin kencang. Kakinya yang berbulu bergerak-gerak mempermainkan kontolku yang sudah sangat tegang. Dengan sedikit ragu, kupermainkan batang yang hangat itu di wajahku. Ke pipiku, ke dagu, ke hidungku dan kembali ke bibirku yang masih terkatup. Kuulangi beberapa kali. Sesekali kugenggam erat kontolnya dan membuat aku dapat merasakan denyutnya.
Batang yang kenyal itu berdenyut lagi di genggamanku, mengalirkan darah hangatnya. Kembali kutelusuri dengan bibirku sampai ke pangkalnya. Bulu kelaminnya yang telah dicukur sudah mulai tumbuh lagi, dapat kurasakan kasar, membuat sensasi tersendiri di bibirku. Terasa nikmat di kulitku. Getar rangsangan makin membuat kontolku juga berdenyut. Nafasku terasa sulit diatur, makin kencang hingga membuatku bernafas dengan mulut juga. Ah.. Dengan tidak ada bulunya, membuat aku bebas mengelus sampai ke pangkal kontolnya.
Kulihat wajah model impianku menikmati apa yang aku lakukan sambil sesekali matanya terpejam dan bibirnya sedikit terbuka. Tangannya di kepalaku seperti memaksaku untuk sucking his dick. Dengan pelan aku membuka lebar bibirku dan..
Bayangan sosok di pintu membuatku menghentikan aksi fantasiku dan kulihat Elang, ya Elang, sudah berada di depanku, dekat pintu. Hampir copot jantungku karena kaget. Mungkin sangat merah wajahku sekarang. Jantungku yang sudah berdetak kencang dan nafasku yang sudah ngos-ngosan karena nafsu, rasanya bekerja dua kali lipat sekarang. Mataku terasa tak percaya..
Aku tidak dapat berkata apa-apa. Ada rasa takut muncul tiba-tiba. Aku sebut nama Tuhan. Ah, kenapa kalau sudah dalam situasi begini, kamu ingat Tuhan, Yadi? Yang kamu lakukan sekarang, Tuhan tidak suka, dan kamu tahu itu Yadi! Mungkin Dia tidak mau mendengar kamu. Hati kecilku yang rada cerewet itu kembali bersuara.
Tanganku masih di mouse dan tangan kiriku menekan dadaku, berusaha menenangkan jantungku yang berdetak kencang. Beberapa kali aku gelengkan kepala, untuk menyadarkan apa yang kulihat. Susah payah rasanya aku untuk bernafas dengan sedikit tenang. Nafas panjang yang kulakukan terasa hampir mencekikku. Kutegakkan tubuhku dari duduk yang merosot.
“Elang?” tanyaku setelah beberapa saat tersadar.
Dia bisa melihat kontolku yang memerah. Ada rasa malu yang membuatku menarik celana dalam dan celanaku untuk dikenakan dengan semestinya.
“Elang, ada apa? Kok kamu datang lagi?” tanyaku setelah merapikan celanaku.
Kusapukan telapak tanganku ke wajah. Sosok Elang tidak juga hilang membuatku sadar akan kehadirannya. Air putih di mejaku segera aku teguk pelan. Hampir saja aku tersedak.
*****
Aku memang berusaha melupakan kejadian di Gelanggang Renang Ancol dimana aku ‘hilang’ diculik ke dunia lain. Saat itu, baru menjelang subuh aku ditemukan di ruang pompa, berarti aku menghilang hampir 8 jam. Padahal ruang pompa itu terkunci dan jarang dibuka. Entah kenapa aku dapat masuk ke sana. Cerita teman-temanku Ran, Bima, Ganda dan Dana setelah lama aku tidak ditemukan, sedang areal kolam sudah tutup, mereka lapor ke petugas Ancol untuk dicarikan. Bima datang memang agak malam, setelah maghrib, katanya. Ketika dia menanyakan aku dimana ke Ran, Ganda dan Dana, saat itulah mereka tersadar kalau aku tidak ada. Tidak mungkin aku pulang lebih dulu, karena pakaianku masih utuh di ruang penitipan kamar bilas. Aku berusaha dicari kemana-mana. Malah disangka tenggelam, sehingga semua kolam di telusuri.
Akhirnya, karena lama tidak ditemukan dan malam semakin larut, barulah dipanggil ‘orang pintar’. Semua yang hadir pada malam itu, terutama teman-temanku, diminta untuk khusuk baca doa yang dibimbing bapak itu. Katanya mereka pada menangis. Kalau aku benar-benar tidak ditemukan, entah bagaimana mereka akan menjelaskan kepada keluargaku, begitu pikir mereka.
Areal kolam renang yang begitu luas, memang sedikit menyulitkan menemukan titik lokasi keberadaanku. Akhirnya diputuskan mereka bergerak bersama, mencari getaran gaib yang mungkin ada. Mereka disuruh memanggil-manggil namaku. Hampir putus asa, akhirnya Bima merasakan ada suara. Cerita Bima, dia mendengar namanya dipanggil, sayup-sayup tapi tidak tahu dari arah mana. Ketika melewati daerah pompa, getaran itu makin kuat terasa oleh Bima. Diputuskan untuk membuka ruang pompa yang lembab itu. Saat itulah, secara pelan-pelan sosokku ditemukan, setelah dibaca-bacakan doa oleh Bapak ‘orang pintar’. Katanya, kalau terlambat sedikit lagi, aku akan sulit untuk diajak ‘kambali’. Ah.. Aku dibawa ke ruang pengelola kolam untuk dibersihkan dari dunia lain. Diberi minum. Kemudian tubuhku terasa lemas.
Setelah dianggap sudah cukup kuat, aku diajukan banyak pertanyaan. Aku ceritakan semua. Aku cerita soal Elang dan pacarnya yang diperkosa di ruang kamar bilas sampai meninggal karena over dosis. Pengelola yang tahu mengatakan memang pernah ada ditemukan kematian pasangan muda yang mati over dosis, tapi bukan karena pemerkosaan. Mayat Elang dan pacarnya juga tidak dibawa untuk diotopsi oleh keluarga mereka, mungkin karena telanjur sudah malu. Kejadian yang kualami malam itu diminta tidak diceritakan kepada masyarakat luas oleh pengelola kolam renang dengan segala pertimbangannya. Rupanya begitu ya..
*****
Dan malam ini Elang hadir kembali. Dia hanya mengenakan celana renang merah bertelanjang dada, sama seperti waktu aku melihatnya di Ancol. Sekarang aku dapat melihat wajahnya dengan lebih jelas di bawah sinar lampu kantorku yang terang benderang ini. Rambut ikalnya yang hitam dengan sedikit cambang halus di pipinya. Aku sangat suka matanya, dengan alis dan bulu mata yang lebat dan hitam. Aku tidak begitu ingat wajahnya seperti siapa, wajah khas cowok latin dan sedikit manis sebagai cowok. Tapi sorot matanya dapat menunjukkan kecerdasannya.
“Hati-hati kamu menikmati itu semua,” katanya tanpa menjawab pertanyaanku yang heran dengan kehadirannya. Suaranya pelan tapi terasa berat.
“Apapun niat kamu untuk melihat foto-foto cowok itu sambil bermasturbasi, itu akan membuat kamu terobsesi dengan seks yang salah, Yadi.”
Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak mau dan tidak suka diajari begini. Apalagi oleh hantu Elang ini, batinku mulai protes. Badannya yang tidak begitu gemuk dan juga tidak kurus kulihat putih bercahaya, sama seperti wajahnya. Kulirik jam di komputerku telah menunjukkan pukul 00:25. Sudah lewat tengah malam. Dia katakan kalau apa yang kulakukan sudah mulai berlebihan dan akan mencapai ke hal yang lebih buruk. Seperti halnya dia dengan pacarnya yang sudah melakukan tindakan hubungan dosa yang sangat berlebihan. Dia sadar dengan hukuman Tuhan yang ditimpakan kepadanya. Dia ingin aku juga menyadari itu..
Dia masih berdiri di sana. Monitor komputerku masih memperlihatkan cowok ganteng tanpa busana yang memperlihatkan kontolnya yang setengah tegang terkulai di pinggulnya. Model playgirl keren Billy Amicarelle. Huih!
“Kamu bilang ke Ran untuk tidak melihat kelamin orang lain, sedang kamu sendiri masih suka melakukannya,” Elang kembali bersuara, seperti sedang menghakimiku.
“Kamu sendiri tahu, semua yang kamu lakukan ini adalah awal dari penyimpangan..”
Kemudian dia bicara tentang apa yang kulakukan ini. Cowok keren yang kulihat ini semua adalah ciptaan Tuhan. Begitu sempurnanya ciptaan Tuhan seharusnya dapat menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan dengan tidak melakukan hal yang dilarangnya. Deg! Sekarang Elang terasa tampil seperti malaikat dengan semua nasehatnya. Setelah melakukan dosa ini, dengan melihat kelamin orang lain, pasti akan berlanjut ke dosa-dosa berikutnya.. Masih mampukah untuk minta ampun dengan dosa semakin beruntun dan banyak itu? Ah.. Kamu tahu apa Elang..? Protes hati kecilku lagi.
“Bagaimana aku dapat menahan diri untuk tidak melihat kesenanganku ini?” tanyaku. Ada nada takut di suaraku.
“Sibukkanlah dirimu untuk hal yang bermanfaat,”jawabnya yang terasa klise buatku. Gampang diucapkan, susah sekali untuk dilaksanakan.
“Jauhilah hal yang membuat kamu ingat akan kesenanganmu ini. Perbaiki cara pikir, kalau melihat cowok keren, pikirkanlah hal yang diluar seks. Misalnya kamu kagum dia bisa memelihara tubuh untuk dapat dilihat dengan indah. Kemudian itu akan memotifasi kamu agar mau membuat diri kamu juga bisa indah seperti cowok yang kamu lihat. Mulailah dari diri sendiri..”
Terasa sulit aku untuk mengakui kebenaran yang disampaikan Elang. Dia sebenarnya banyak membantuku untuk dapat berpikir dan bertindak benar. Namun dalam hatiku, aku belum yakin terhadap apa yang disampaikan Elang. Entah kenapa.
Ke Bagian 2,,,,,,,,,,,,,,,,,,